Semua pembicaraan harus berisi kebaikan, Firman ALLAH: "dan orang-orang
yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna)"(Q.S. al Mu'minuun: 3) juga disebutkan dalam hadis "barang
siapa yang beriman kepada ALLAH dan juga hari akhir maka hendaklah
berkata baik atau lebih baik diam"(HR Bukhari Muslim)
berbicara
juga harus jelas dan benar, sebagai mana dalam hadis Aisyah "bahwasannya
perkataan Rasulullah itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua
yang mendengar" jadi apabila seseorang berbicara dengan kalimat yang
tidak jelas baik dalam pengucapannya ataupun maksudnya maka dapat
menimbulkan salah persepsi terhadap orang yang mendengarkan sehingga
apabila orang yang mendengan pembicaraa itu bila dia menyampaikannya
kembali kepada orang akan keliru.
berbicara juga harus seimbang
artinya disesuaikan dengan pendengar bila si pendengar dari kalangan
orang yang kurang berpendidikan maka jangan berbicara menggunakan bahasa
ilmiah dan jangan bertele-tele sehingga membuat pendengar atau orang
yang diajak bicara menjadi bingung dengan apa yang akan kita
bahas/sedang dibicarakan. Selain itu orang yang berbicara tidak seimbang
dan bertele-tele juga dibenci oleh Rasulullah dalam sebuah hadis:
"Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti
di hari Kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam
berbicara." Maka dikatakan: Wahai rasuluLLAH kami telah mengetahui arti
ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka
jawab nabi SAW: "Orang2 yang sombong." (HR Tirmidzi dan dihasankannya)
Menghindari
banyak bicara karena kuatir akan membuat bosan kepada yang mendengar:
"Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka
berkata seorang lelaki: Wahai abu AbduRRAHMAN (gelar Ibnu Mas'ud)!
Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud :
Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya
aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang
demikian pada nabi SAW dan beliau menjawab kuatir membosankan kami" (HR
Muttafaq 'alaih)
Mengulangi kata-kata yang penting jika
dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah nabi SAW jika berbicara maka
beliau SAW mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya
menjadi faham, dan apabila beliau SAW mendatangi rumah seseorang maka
beliau SAW pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)
Menghindari
mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadits nabi SAW: "Sesungguhnya
seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai ALLAH SWT yang ia
tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH
SWT keridhoan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan
seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak
dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu
sampai hari Kiamat."(HR Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih;
juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
Menjauhi perdebatan sengit,
berdasarkan hadits nabi SAW: "Tidaklah sesat suatu kaum setelah
mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak
berdebat." (HR Ahmad dan Tirmidzi) Dan dalam hadits lain disebutkan
sabda nabi SAW: "Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari
berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi
yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di
puncak surga bagi yang baik akhlaqnya." (HR Abu Daud)
Menjauhi
kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadits nabi SAW:
"Bukanlah seorang mu’min jika suka mencela, mela’nat dan berkata-kata
keji.(HR Tirmidzi dengan sanad shahih)
Menghindari banyak canda,
berdasarkan hadits nabi SAW: "Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi
ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia
tertawa." (HR Bukhari)
Menghindari menceritakan aib orang dan
saling memanggil dengan gelar yang buruk, berdasarkan QS 49/11, juga
dalam hadits nabi SAW: "Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu
ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya."
(HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)
Menghindari
dusta, berdasarkan hadits nabi SAW: "Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika
ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah
ia khianat." (HR Bukhari)
Menghindari ghibah dan mengadu domba,
berdasarkan hadits nabi SAW: "Janganlah kalian saling mendengki, dan
janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling
berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan
janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah
hamba-hamba ALLAH yang bersaudara." (HR Muttafaq 'alaih)
Berhati-hati
dan adil dalam memuji, berdasarkan hadits nabi SAW dari AbduRRAHMAN bin
abi Bakrah dari bapaknya berkata: Ada seorang yang memuji orang lain di
depan orang tersebut, maka kata nabi SAW: "Celaka kamu, kamu telah
mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!" (2 kali),
lalu kata beliau SAW: "Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di
depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga ALLAH
mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun disisi ALLAH, lalu
barulah katakan sesuai kenyataannya." (HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah
lafzh Muslim)
Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: Berdiri
seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara
berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah
orang itu, lalu berkata: Nabi SAW memerintahkan kami untuk menaburkan
pasir di wajah orang yang gemar memuji. (HR Muslim)
Adab Mendengar
1.
Diam dan memperhatikan "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang
menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya."(QS 50/37)
2. Tidak memotong/memutus pembicaraan
3.
Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya
sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan lawan jenis)
4. Tidak menyela pembicaraan saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan perkataan dosa.
5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara
Adab Menolak atau Tidak Setuju
1. Ikhlas dan menghindari sifat senang menjadi pusat perhatian
2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal
3. Penolakan harus tetap menghormati dan lembut serta tidak meninggikan suara
4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih
5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit
6. Hendaknya dimulai dengan menyampaikan sisi benarnya lebih dulu sebelum mengomentari yang salah
7. Penolakan tidak bertentangan dengan syariat
8. Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat dilaksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi
9.
Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan
bicara, tidak berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang dikuatirkan
menjadi fitnah bagi diri dan agamanya
10. Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam keadaan bersih, dan menghindari kebencian serta penyakit hati.
Sumber :
http://revoluthion.multiply.com